bebek rewel

Men are from Mars, Women are from Venus, Duck is from Earth

Tata Krama Membaca Gratis Ala Bebek

Kembali ke artikel sebelumnya=> All You Can Read (as Long as You are Standing)

—————————————————————————————————–
Sebagai seorang bebek yang berjiwa kutu buku, daku berpendapat bahwa buku bacaan haruslah dihargai. Apalagi jika buku tersebut bukanlah milik kita (misal: Milik perpustakaan atau milik toko buku tempat kita numpang baca).

Karena itu ijinkanlah bebek berceramah tentang tata krama membaca gratis ala bebek:

1. Peraturan yang paling pertama dan utama. Jangan membuka plastik suatu buku komik hanya karena kita ingin membaca komik tersebut!! Kalau memang niat beli sih terserah deh. Mau dibakar dulu juga gak papa (dengan catatan anda membeli buku komik yang sudah anda bakar). Hendaklah kita hanya membaca buku komik yang sudah dibuka plastiknya. Pihak toko sudah berbaik hati untuk memberi celah untuk para pembaca gratis seperti kita, jadi janganlah kita bersikap ngelunjak dengan mengambil lebih daripada apa yang sudah diberikan oleh pihak toko secara cuma-cuma.

2. Jika tersedia lebih dari 1 buku yang sudah dibuka plastiknya, maka hendaklah kita memilih yang paling jelek penampilannya untuk dibaca. Bukannya bebek tidak suka barang baru. Tapi berhubung kita numpang baca secara gratis, buat apa sih kita ngerusakin buku yang masih bagus? Biarkanlah buku yang masih dalam kondisi bagus untuk tetap dalam kondisi bagus supaya layak untuk dibeli oleh orang yang memang berniat membelinya.

3. Setelah selesai membaca suatu buku, janganlah menaruh (atau bahkan melempar) buku tersebut ke sembarang tempat. Taruhlah buku tersebut kembali ke habitatnya supaya tumpukan buku tetap rapih. Buku-buku tentu akan lebih mudah ditemukan oleh calon pembaca berikutnya jika semua buku tertata rapih pada tempatnya.

4. Jika anda melihat beberapa komik yang terkesan salah tempat, jatuh dari rak, ataupun terjatuh ke lantai, (jika anda sempat dan sedang niat berbuat baik), hendaklah anda membantu untuk mengembalikan komik tersebut ke tempat seharusnya (entah di rak ataupun di tumpukan).

5. Usahakan untuk tidak merusak buku komik yang anda baca.

Misal:
– Jangan membuka terlalu lebar buku yang anda baca

– Baliklah halaman buku dengan lebih hati-hati

- Jika karena ada suatu hal yang menyebabkan anda tidak dapat menyelesaikan membaca suatu buku, jangan pernah sekali-kali melipat halaman tersebut sebagai tanda pembatas atau membuat tanda apapun yang dapat merusak kondisi buku

6. Bacalah buku komik tersebut sambil berdiri. Kalau kaki terasa pegal-pegal, paling banter ya jongkok sebentar, setelah itu ya berdiri lagi. Jangan pernah membaca gratis sambil duduk di bagian toko sebelah manapun. Selain menghalangi pergerakan orang lain (baca: pengunjung toko buku lainnya), numpang baca gratis sambil duduk adalah perbuatan yang tidak sopan karena menyalahi semangat kebijakan “All you can read as long as you are standing”.

7. Numpang baca buku sambil berdiri itu sudah cukup sopan, tapi alangkah lebih baiknya jika kita juga memperhatikan posisi berdiri kita. Pilihlah posisi berdiri sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi jalan ataupun mengganggu pandangan atau pergerakan orang lain yang sedang mencari suatu buku.

Contoh:
– Kalau wilayah tempat kita berdiri sudah cukup ramai dengan pembaca gratis sampai-sampai orang lain yang mau lewat wilayah tersebut susah berjalan, maka cobalah cari tempat berdiri yang lebih sepi.

– Jika ketika anda sedang asyik membaca lalu tiba-tiba ada orang di belakang anda yang ingin melihat-lihat buku yang kebetulan tumpukannya ada di depan anda (dan akses ke tumpukan tersebut menjadi terhalang karena posisi berdiri anda), maka hendaklah anda bergeser sedikit untuk memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk mengambil atau melihat-lihat buku tersebut.

8. Jika anda hendak untuk membeli suatu buku bacaan (terutama buku komik), usahakan dengan amat sangat untuk membeli di toko buku tempat anda sering numpang membaca gratis sebagai dukungan dan imbal jasa terhadap kebijakan “All you can read as long as you are standing”.


All You Can Read (as Long as You are Standing)

Kegemaran bebek yang paling besar adalah membaca. Buku yang pernah bebek bacapun bermacam-macam. Mulai dari majalah pria, majalah wanita, (sayang belum pernah ketemu majalah waria), majalah anak-anak, majalah hobi, novel, komik, buku umum, resep masakan, koran, dll dll. Walau begitu, bebek tidak merasa semua buku patut untuk dibeli.

Atas nama kepelitan dan budget terbatas, bebek menolak untuk membeli komik dan memilih untuk numpang membaca saja (Kalau di Sing ya lebih memilih untuk mencoba mencari buku-buku bacaan di perpustakaan). Satu-satunya komik (terbitan Elex media komputindo) yang bebek beli mungkin cuma Jurrasic Park, dibeli jaman masih SD, di kantin sekolah.

Mempertimbangkan hal-hal di atas, patutlah bebek mengucapkan terima kasih kepada beberapa toko buku (baca: Gramedia) yang menerapkan kebijakan “all you can read as long as you are standing” (harap jangan protes kalimat inggris ini) terhadap buku-buku komik.

Sebenarnya bebek agak bingung dengan kebijakan yang satu ini. Apakah memang benar efektif untuk membiarkan para free rider (seperti bebek) untuk membaca gratis komik-komik tersebut? Kebijakan membaca buku gratis KATANYA malah membuat para pengunjung membeli buku lebih banyak (Tapi kok bebek gak ada niat untuk beli komik yang bebek baca ya?). Memang sih ada fenomena-fenomena (pake kata fenomena supaya lebih intelek aja :P) tertentu yang bebek perhatikan saat sedang numpang baca.

Salah satu skenario yang paling sering adalah sebagai berikut: Orang tua mencari buku di bagian lain, misal: buku masak, buku umum atau buku apapun. Anaknya yang masih kecil dilepaskan begitu saja untuk membaca buku komik. Setelah orang tua selesai memilih buku untuk dibeli, maka ia menjemput anaknya di bagian buku komik. Namun karena komik yang dipegang belum selesai dibaca, maka sang anak akan memprotes kalau diajak pulang (tentunya kadang disertai dengan rewelan berbentuk teriakan atau pura-pura nangis). Orang tua yang pusing ngebujuk anaknya untuk pulang akhirnya menyerah kepada keinginan anak, “Ya udah. Beli aja bukunya, ntar baca di rumah!” (Dalam kasus tertentu, bahkan ada beberapa anak yang langsung mengambil beberapa buku komik dengan argumen bahwa buku-buku tersebut belum sempat dibaca!)

Jadi, apakah kebijakan “all you can read as long as you are standing” adalah kebijakan yang efektif? Entahlah. Bebek tinggalkan hal ini untuk penilaian para pembaca…
———————————————————————————

Bersambung ke bagian ke dua, Tata Krama Membaca Gratis Ala Bebek


Bebek dan Semut (2)

Tulisan ini adalah bagian ke dua dari artikel mengenai perseteruan antara bebek dan semut.

Untuk membaca bagian pertama, silahkan klik di sini.
————————————————————————————

Pet?

Selain melakukan pembantaian kejam terhadap semut, bebek juga pernah menunjukkan sisi imut (nan tolol) yang lebih bebeksiawi.

Berbekal botol plastik kecil bekas obat sakit perut (po cai pills?), bebek mengambil satu-dua semut merah dengan niat akan dipelihara (Keliatan gobloknya gak sih?). Tentunya semua semut itu mati pada hari itu juga. Alasannya sangat simpel: oksigen di dalam botol sudah habis. Berbekal pengetahuan itu, bebek culik semut lainnya untuk percobaan lebih lanjut. Kali ini sesekali bebek membuka tutup botol tersebut untuk membiarkan udara segar masuk. Hasilnya? Semutnya ada yang kabur, ada yang ujung-ujungnya mati juga. Bebek kembali memutar otak…

Culik semut lagi… Kali ini, bebek coba kasih “makan”. Makanan semut identik dengan yang manis-manis seperti gula. Oleh karena itu bebek mengambil secuil dua cuil gula jawa untuk dimasukkan ke dalam botol. Tapi semutnya mati juga!! Hm… Bebek kembali berpikir lagi, apa yang kurang?

Aha!!! MINUM!!! (Padahal blum tentu semut minum air. Lah sama air aja kesannya takut-takut gitu). Maka bebek berusaha meneteskan air sesedikit mungkin ke dalam botol. Tapi ya… jadinya banjir juga (baca: kebanyakan air). Pada akhirnya, semut tersebut mati juga.

Akhirnya bebek kecil memutuskan untuk menghentikan percobaan memelihara semut ini. (Selain semut, bebek juga pernah mencobakan hal yang sama kepada cicak sial yang berhasil bebek kurung. Cicak itu bertahan satu dua hari, lalu menghilang. Entah karena berhasil menyelinap keluar dari kurungan yang bebek buat atau karena dibebaskan oleh orang lain)

Robinson Crusoe di Pulau Madu

Semua orang tahu bahwa semut menyukai hal-hal yang terasa manis, termasuk madu. Bebek masih ingat, untuk menjauhkan botol madu di dapur rumah bebek daripada kerubungan semut-semut sialan itu, maka botol madu tersebut diletakkan di tengah baskom kecil yang berisi air.

Sesekali bebek melihat beberapa semut depresi di pinggiran baskom. Mereka berjalan mengelilingi baskom, menuruni pinggiran baskom, lalu kembali berlari naik setelah berhadapan dengan permukaan air.

Melihat hal tersebut, timbullah niat jahat bebek. Bebek “berbaik hati” mengambil seekor semut untuk diseberangkan ke botol madu. Kejadian selanjutnya sudah bisa ditebak >:) . Setelah semut tersebut sudah bosan mengelilingi botol, ia kebingungan luar biasa ketika sedang berusaha melarikan diri ke dunia luar. Kemanapun ia berjalan, permukaan air menghadang.

Semut tersebut terjebak di tengah “pulau”. Seekor Robinson Crusoe di Pulau Madu…

Seberapa Lamakah Anda Dapat Menahan Napas?

Bebek kira-kira 1 menit (Gak mau terlalu lama juga ah. Denger-denger kalo memaksakan diri untuk menahan napas terlalu lama dapat mempercepat laju kerusakan sel-sel otak).

Semut kira-kira (kalo gak salah inget. Tapi kemungkinan besar salah inget.) 1 menit juga.

Pada suatu ketika, waktu bebek mau mencuci-cuci. Tiba-tiba terlihat 2 ekor semut yang sedang berlalu lalang di atas kaus kaki yang bebek pegang. Hohoho… Langsung bebek celupkan saja kaus kaki tersebut ke dalam ember.

WOW MAGIC!! Semut tersebut masih bisa berjalan di dalam air! (Mungkin berpegangan erat dengan serat kain)

10 detik kemudian, bebek angkat kaus kaki tersebut. Segar-bugarly (baca: Dengan segar bugarnya), semut tersebut kembali berjalan seperti biasa. Oleh karena itu bebek celupkan lagi selama beberapa saat sambil menghitung detik.

Mendekati 1 menit, semut tersebut tak bergerak. Mati tenggelam kehabisan napas…

—————————————————————–
Karena males mikirin semut terus, bagian ke 3 akan berlanjut kapan-kapan (entah kapan).


Bebek dan Semut (1)

Sebagian tulisan di bawah ini pernah bebek posting di salah satu milis yahugrup yang bebek ikutin.

Tulisan tersebut sudah bebek ubah sedemikian rupa untuk lebih memenuhi syarat sebagai tulisan yang berdiri sendiri.
————————————————————————————

Formula Gatot 

Sebagai makhluk geblek yang sok kreatif, bebek waktu kecil dulu banyak mengisi waktu luang dengan percobaan-percobaan gila (nan tak berguna).

Karena di rumah bebek dulu banyak sekali semut (baik yang berwarna merah maupun hitam), maka percobaan yang paling sering dan paling bebek ingat adalah percobaan untuk menemukan formula “cairan pembunuh semut yang paling ampuh”.

Apapun akan bebek campur. Sabun, shampo, krim kulit, balsem, garam, dll dll. Setelah itu campuran tersebut akan diaduk-aduk dan bebek sembunyikan di sudut ruangan supaya ramuan tersebut mepunyai waktu yang cukup untuk bereaksi (Anggap saja waktu itu bebek sangat mengidolakan Madam Mikmak, seorang penyihir di Majalah Donal Bebek yang gemar membuat ramuan tak jelas). Setelah ramuan tersebut dianggap cukup “matang”, lalu bebek akan mengadakan uji coba ke semut-semut yang sibuk berlalu lalang. Hasilnya: Kebanyakan semut-semut sial tersebut akan mati “tenggelam” dalam cairan tak jelas yang bebek buat.

Suatu kali, bebek sendiri lupa akan ramuan ajaib yang bebek sembunyikan selama berhari-hari. Setelah bebek tengok kembali, ramuan tersebut telah menjadi beku (baca: padat dan sangat keras). Dengan berat hati bebek harus membuang gelas plastik ungu berbentuk pinguin itu (Gelas percobaan bebek).

Bantai!! 

Selain memakai “senjata kimia” yang tidak pernah jelas campurannya, bebek juga melakukan pembantaian secara manual terhadap semut-semut tersebut. Jika yang dibantai adalah semut-semut hitam, maka bebek akan menggunakan tamparan tapak sakti. Jika yang dibantai adalah semut-semut berwarna merah, maka bebek akan menggunakan jurus jari maut.

Perbedaan metode pembantaian tersebut bukanlah tanpa alasan. Semut hitam di rumah bebek (entah jenis apaan) mempunyai karakteristik sebagai pelari yang cepat dan gesit. Jika dikagetkan, maka semut-semut tersebut akan kabur tunggang langgang dengan kaki panjangnya, seakan melayang rendah di atas permukaan lantai. Kecepatan lari mereka memaksa bebek untuk mengeluarkan jurus tapak sakti (Karena kalo pake jari, jangan harap semutnya kekejar). Setelah beberapa kali menampar lantai dengan penuh semangat, maka telapak tangan bebek akan terasa agak perih dan bebek akan menghentikan serangan tersebut untuk beberapa saat (Oleh karena itu bebek kurang suka kalau melakukan pembantaian terhadap semut-semut hitam. Efektivitasnya sangat rendah, yang mati dikit karena tangan bebek keburu sakit duluan).

Sementara itu, semut merah lebih lamban jalannya. Namun gigitannya jelas lebih sakit daripada saudaranya yang berwarna hitam (Lewat pengamatan sederhana seperti ini, bebek kecil seakan disadarkan. Tuhan menganugrahkan kelebihan yang berbeda bagi setiap makhluknya. Semut hitam diberikan kaki panjang yang dapat berlari cepat untuk menyelamatkan diri dari musuh. Semut merah dianugrahi gigitan yang menyakitkan sehingga musuh akan kapok untuk mengganggu koloni semut merah). Karena gerakannya yang lamban, bebek akan menggunakan jurus jari maut.

Kalau lagi kerajinan, maka bebek tidak hanya akan menggencet hancur semut-semut merah tersebut, tapi menggesek semut-semut yang sial itu di antara jari telunjuk dan ibu jari, memastikan kalau semut tersebut mati dengan tubuh yang terkoyak-koyak (Daripada mati pelan-pelan dengan menggelepar di lantai).

Salah satu gejala yang bebek ingat dari semut-semut yang bebek bantai adalah, entah kenapa, beberapa jam kemudian bebek akan menemukan “kuburan massal” yang dibuat oleh semut-semut itu sendiri. Mereka akan mengumpulkan mayat teman-teman mereka di suatu tempat tertentu.

Waktu itu bebek sempat berpikir, apakah semut-semut tersebut sedang berduka cita melihat teman-teman mereka yang menjadi korban pembantaian raksasa yang kurang kerjaan? (baca: bebek rewel). Tapi tentunya bebek tidak begitu bersimpati dan kekejaman bebek tidak berhenti saat itu juga.

Bebek mempunyai dendam-dendam tertentu kepada semut-semut di rumah bebek. (Kadang snack atau makanan kesukaan yang sudah dibuka harus dibuang karena sudah dipenuhi semut T__T)

Bersambung ke bagian dua…


Kabinet Al Capone

Rasanya agak jarang untuk menemukan karangan dengan gaya bahasa seluwes ini di Kompas. Walau bebek rada bingung apa maksud dari karangan di bawah ini, isinya sangat menghibur sekali.

Tentang quote dari Film Godfather, kok rasanya kurang tepat ya. Seinget bebek, perkataan tersebut bukan ditujukan kepada anak buah, tapi kepada pihak-pihak yang menolak untuk mengikuti keinginan sang Don. Oleh karena itu, diberikanlah sebuah tawaran yang “tidak dapat ditolak”. Sebab pada detik anda menolak tawaran tersebut, nama anda tertulis di buku kematian malaikat maut. >:)

Mungkin kalau jenis karangan seperti di bawah ini diperbanyak, Kompas bisa lebih digemari di kalangan anak muda.

Karangan ini ditulis oleh Budiarto Shambazy.

Artikel asli dapat diakses di: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0611/14/utama/3096025.htm
————————————————————————————-

Kami remaja suka mengandaikan “bonyok” (bokap nyokap) alias ayah-ibu sebagai bos nomor satu dan bos nomor dua. Ayah bos nomor satu yang mengurusi masalah-masalah eksternal, ibu bos nomor dua yang menjadi nyonya besar yang berkuasa penuh di setiap rumah tangga.

Bos nomor satu bergaul dengan ketua RT, hansip, tetangga, rekan sekantor, klien, atau teman-teman pribadi. Biasanya ia orang yang toleran, namun agak “lugu” (kami menyebutnya “lucu dan gubluk”) karena sering diutangi saudara-saudaranya.

Lain dengan bos nomor dua yang pencilatan, galak, doyan arisan, dan sangat kreatif dalam menangani berbagai macam krisis rumah tangga. Kalau soal ibu masing-masing kami suka bergurau, “Jangankan kita, mereka sendiri jangan-jangan enggak ngerti maunya apa.”

Bos nomor satu keren dan berwibawa kalau mengenakan setelan jas dan dasi, sambil duduk di jok belakang mobil yang disopiri. Namun, dia belum tentu berani menghadapi bos nomor dua yang baru bangun tidur dan mengenakan daster serta belum mandi.

Kami anak-anak ibarat rakyat yang patuh yang kadang kala bingung karena diperintah oleh kedua bos yang suka bersimpang jalan, mengeluarkan komando yang bertolak belakang, atau mau menang sendiri. Maklum, pada zaman kami belum ada delivery unit atau unit kerja reformasi.

Istilah bos lahir dari sebuah kata dalam bahasa Belanda, “baas”. Ia kata yang universal pemakaiannya dan artinya “tuan besar” dalam bahasa Indonesia. Bos juga bisa berarti tauké , presiden, atau ketua umum partai. Dunia mafia menyebut bos tertinggi mereka dengan capo di tutti capi.

Di Indonesia istilah bos sangat populer karena berkembangnya kultur bisnis “Ali-Baba” dalam konteks politik, ekonomi, dan sosial Orde Baru yang bergantung pada utang luar negeri. Siapa sih yang tak ingin kebagian kue pembangunan yang sebenarnya merupakan hasil korupsi dari program-program Repelita?

Bos-bos besar di tiap departemen dikitari bos-bos berukuran sedang yang menjadi pimpinan proyek. Mereka dibantu bos-bos kecil yang entah mengapa sering kali diberi nama Ali.

Si Ali inilah yang mondar-mandir memuluskan urusan administrasi proyek, mulai dari perizinan, membagi-bagikan pungli, sampai mengatur persentase komisi. Si Baba tentu tinggal duduk tenang-tenang menyiapkan dana kredit macet yang dia pinjam dari bank-bank pemerintah.

Bos di bank-bank juga ada yang besar, sedang, sampai kecil. Bos besar cukup memejamkan mata untuk mendapat rumah baru, bos yang sedang mungkin kecipratan suap untuk mencari istri baru, dan bos terkecil paling tidak bisa memborong belanjaan bersama keluarganya di Pasar Baru.

Di kantor saya dan Anda pasti ada bos besar, bos sedang, sampai bos kecil. Kasihan karyawan yang posisinya berada di bagian terbawah struktur organisasi karena tenaganya cepat habis hanya untuk berteriak mengucapkan keras-keras kalimat “selamat pagi bos!” atau “permisi bos!” hampir setiap jam.

Anda mungkin bentrok melawan bos yang bossy. “Jika saya ambil inisiatif, bos menegur, ‘kok kamu lancang?’ Kalau diam, saya juga dimarahi, ‘kok kurang inisiatif?'” kata seorang kawan tentang bosnya.

Pasal 4 Ayat 2 UUD ’45 menyatakan, Dalam melakukan kewajibannya, presiden dibantu oleh wakil presiden. Tak ada penjelasan terperinci mengenai tugas-tugas yang menjadi bagian dari bos nomor dua alias wapres.

Wapres Mohammad Hatta memilih mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden (1950-1956) daripada bertengkar melulu dengan Presiden Soekarno. Wapres Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978) juga mengundurkan diri hanya beberapa hari sebelum Sidang Umum MPR 1978 juga karena tak cocok lagi dengan Pak Harto.

Bos nomor dua berikutnya di republik ini, Wapres Adam Malik (1978-1983), dikenal dengan julukan “Si Kancil”. Tentu saja ia bukan anak nakal yang suka mencuri mentimun meskipun merasa semua soal “bisa diatur” di negeri ini.

Joke terkenal bercerita tentang banyaknya tokoh yang bertanya kepada Pak Harto siapa yang akan dipilih menjadi wapres periode 1983-1988. Pak Harto selalu menjawab, “U maar.”

Itu adalah bahasa Belanda, yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa kita artinya kurang lebih “Anda saja”. Setiap tokoh menjadi ge-er mengira akan ditunjuk Pak Harto, padahal yang dimaksud adalah Umar Wirahadikusumah.

Bung Karno dan Pak Harto menjadi contoh bos nomor satu yang berani mengambil keputusan. Republik ini harus terus berjalan siang-malam walaupun mobil Indonesia tak dilengkapi lagi dengan ban serepnya.

Saya ingat Don Vito Corleone (Marlon Brando) di film The Godfather yang mengucapkan kalimat “I make an offer he don’t refuse” kepada seorang anak buahnya. Artinya, ia memaksa para pembantunya mengikuti perintah dia—kalau mereka tak mau dilenyapkan dari muka Bumi ini.

Saya terkenang adegan Al Capone (Robert de Niro) sedang memimpin sidang kabinet gangster yang dia pimpin dalam film The Untouchable. Ia berjalan perlahan memutari para pembantunya yang duduk di sebuah meja bundar yang besar, sambil menenteng sebuah tongkat pemukul bisbol.

Setelah berkuliah sekitar lima menit tentang pentingnya mengorbankan kepentingan pribadi demi kebersamaan, Al Capone tiba-tiba mengayunkan tongkat bisbol sekencang-kencangnya memukul dari belakang kepala salah seorang pembantu dia yang egois. “Teamwork!” teriak Al Capone.

Begitu dong bos!