bebek rewel

Men are from Mars, Women are from Venus, Duck is from Earth

Kabinet Al Capone

Rasanya agak jarang untuk menemukan karangan dengan gaya bahasa seluwes ini di Kompas. Walau bebek rada bingung apa maksud dari karangan di bawah ini, isinya sangat menghibur sekali.

Tentang quote dari Film Godfather, kok rasanya kurang tepat ya. Seinget bebek, perkataan tersebut bukan ditujukan kepada anak buah, tapi kepada pihak-pihak yang menolak untuk mengikuti keinginan sang Don. Oleh karena itu, diberikanlah sebuah tawaran yang “tidak dapat ditolak”. Sebab pada detik anda menolak tawaran tersebut, nama anda tertulis di buku kematian malaikat maut. >:)

Mungkin kalau jenis karangan seperti di bawah ini diperbanyak, Kompas bisa lebih digemari di kalangan anak muda.

Karangan ini ditulis oleh Budiarto Shambazy.

Artikel asli dapat diakses di: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0611/14/utama/3096025.htm
————————————————————————————-

Kami remaja suka mengandaikan “bonyok” (bokap nyokap) alias ayah-ibu sebagai bos nomor satu dan bos nomor dua. Ayah bos nomor satu yang mengurusi masalah-masalah eksternal, ibu bos nomor dua yang menjadi nyonya besar yang berkuasa penuh di setiap rumah tangga.

Bos nomor satu bergaul dengan ketua RT, hansip, tetangga, rekan sekantor, klien, atau teman-teman pribadi. Biasanya ia orang yang toleran, namun agak “lugu” (kami menyebutnya “lucu dan gubluk”) karena sering diutangi saudara-saudaranya.

Lain dengan bos nomor dua yang pencilatan, galak, doyan arisan, dan sangat kreatif dalam menangani berbagai macam krisis rumah tangga. Kalau soal ibu masing-masing kami suka bergurau, “Jangankan kita, mereka sendiri jangan-jangan enggak ngerti maunya apa.”

Bos nomor satu keren dan berwibawa kalau mengenakan setelan jas dan dasi, sambil duduk di jok belakang mobil yang disopiri. Namun, dia belum tentu berani menghadapi bos nomor dua yang baru bangun tidur dan mengenakan daster serta belum mandi.

Kami anak-anak ibarat rakyat yang patuh yang kadang kala bingung karena diperintah oleh kedua bos yang suka bersimpang jalan, mengeluarkan komando yang bertolak belakang, atau mau menang sendiri. Maklum, pada zaman kami belum ada delivery unit atau unit kerja reformasi.

Istilah bos lahir dari sebuah kata dalam bahasa Belanda, “baas”. Ia kata yang universal pemakaiannya dan artinya “tuan besar” dalam bahasa Indonesia. Bos juga bisa berarti tauké , presiden, atau ketua umum partai. Dunia mafia menyebut bos tertinggi mereka dengan capo di tutti capi.

Di Indonesia istilah bos sangat populer karena berkembangnya kultur bisnis “Ali-Baba” dalam konteks politik, ekonomi, dan sosial Orde Baru yang bergantung pada utang luar negeri. Siapa sih yang tak ingin kebagian kue pembangunan yang sebenarnya merupakan hasil korupsi dari program-program Repelita?

Bos-bos besar di tiap departemen dikitari bos-bos berukuran sedang yang menjadi pimpinan proyek. Mereka dibantu bos-bos kecil yang entah mengapa sering kali diberi nama Ali.

Si Ali inilah yang mondar-mandir memuluskan urusan administrasi proyek, mulai dari perizinan, membagi-bagikan pungli, sampai mengatur persentase komisi. Si Baba tentu tinggal duduk tenang-tenang menyiapkan dana kredit macet yang dia pinjam dari bank-bank pemerintah.

Bos di bank-bank juga ada yang besar, sedang, sampai kecil. Bos besar cukup memejamkan mata untuk mendapat rumah baru, bos yang sedang mungkin kecipratan suap untuk mencari istri baru, dan bos terkecil paling tidak bisa memborong belanjaan bersama keluarganya di Pasar Baru.

Di kantor saya dan Anda pasti ada bos besar, bos sedang, sampai bos kecil. Kasihan karyawan yang posisinya berada di bagian terbawah struktur organisasi karena tenaganya cepat habis hanya untuk berteriak mengucapkan keras-keras kalimat “selamat pagi bos!” atau “permisi bos!” hampir setiap jam.

Anda mungkin bentrok melawan bos yang bossy. “Jika saya ambil inisiatif, bos menegur, ‘kok kamu lancang?’ Kalau diam, saya juga dimarahi, ‘kok kurang inisiatif?'” kata seorang kawan tentang bosnya.

Pasal 4 Ayat 2 UUD ’45 menyatakan, Dalam melakukan kewajibannya, presiden dibantu oleh wakil presiden. Tak ada penjelasan terperinci mengenai tugas-tugas yang menjadi bagian dari bos nomor dua alias wapres.

Wapres Mohammad Hatta memilih mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden (1950-1956) daripada bertengkar melulu dengan Presiden Soekarno. Wapres Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978) juga mengundurkan diri hanya beberapa hari sebelum Sidang Umum MPR 1978 juga karena tak cocok lagi dengan Pak Harto.

Bos nomor dua berikutnya di republik ini, Wapres Adam Malik (1978-1983), dikenal dengan julukan “Si Kancil”. Tentu saja ia bukan anak nakal yang suka mencuri mentimun meskipun merasa semua soal “bisa diatur” di negeri ini.

Joke terkenal bercerita tentang banyaknya tokoh yang bertanya kepada Pak Harto siapa yang akan dipilih menjadi wapres periode 1983-1988. Pak Harto selalu menjawab, “U maar.”

Itu adalah bahasa Belanda, yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa kita artinya kurang lebih “Anda saja”. Setiap tokoh menjadi ge-er mengira akan ditunjuk Pak Harto, padahal yang dimaksud adalah Umar Wirahadikusumah.

Bung Karno dan Pak Harto menjadi contoh bos nomor satu yang berani mengambil keputusan. Republik ini harus terus berjalan siang-malam walaupun mobil Indonesia tak dilengkapi lagi dengan ban serepnya.

Saya ingat Don Vito Corleone (Marlon Brando) di film The Godfather yang mengucapkan kalimat “I make an offer he don’t refuse” kepada seorang anak buahnya. Artinya, ia memaksa para pembantunya mengikuti perintah dia—kalau mereka tak mau dilenyapkan dari muka Bumi ini.

Saya terkenang adegan Al Capone (Robert de Niro) sedang memimpin sidang kabinet gangster yang dia pimpin dalam film The Untouchable. Ia berjalan perlahan memutari para pembantunya yang duduk di sebuah meja bundar yang besar, sambil menenteng sebuah tongkat pemukul bisbol.

Setelah berkuliah sekitar lima menit tentang pentingnya mengorbankan kepentingan pribadi demi kebersamaan, Al Capone tiba-tiba mengayunkan tongkat bisbol sekencang-kencangnya memukul dari belakang kepala salah seorang pembantu dia yang egois. “Teamwork!” teriak Al Capone.

Begitu dong bos!

2 Comments

  1. Comment by alien on December 15, 2006 8:58 am

    awal2 masi menarik tp koq makin bawah makin gua tak ngerte maksudnya itu artikel ap hehuahahaha daheh met berjumpa d indo y..dah mo final mg besok..siahh

  2. Comment by zsu-san on December 16, 2006 12:31 am

    lebih ke arah permain kata-kata, dan penjabaran aplikasi bos no 1 ama bos no 2 … tul kga sih ?? 🙂 met weekend ..

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a comment