bebek rewel

Men are from Mars, Women are from Venus, Duck is from Earth

(KoKi) Safe Sex Orang Bule Vs Anti Pornografi Indonesia

Bagi yang berminat untuk membaca essay singkat mengenai industri bokep, silahkan baca di http://www.bebekrewel.com/telaah-bokep/

Sebelum anda melanjutkan bacaan anda, sila baca “disclaimer” terlebih dahulu di sini.

Salah satu surat favorit bebek di KoKi sampai saat ini.

Tentang pembicaraan pacar Yos dengan orangtuanya, mungkin kalau versi Indonesia berjalan seperti ini:

Suatu saat kami mengadakan kunjungan. Sang pacar dengan suram dan ketakutan menuju arah mamanya.
“Ada khabar baru…” Suaranya terdengar penuh horor.
“Ada khabar apa?” Tanya mamanya penuh curiga.
“APA!!!? Kamu hamil!!?” Teriak bapaknya.
“Maaf, kami memang kurang hati-hati…” Sela saya pelan sambil menunduk.
“Saya pingin samenwonen (kumpul kebo).”
“!!!!!” Mamanya pingsan seketika
“Pergi kamu!!! Kamu bukan anak saya lagi!!” Teriak papanya.

Penasaran dengan versi “asli”nya??? Silahkan baca sendiri di bawah.

Ditulis oleh Yos di Almere, Belanda.
———————————————————————————–

Hallo Zev,

Saya seneng banget jika diperbolehkan sharing tentang pengalaman saya dalam berumah tangga dengan wanita bule. Semoga ada makna yang bisa kita renungkan dan diambil hikmahnya. Dan membuang hal – hal yang kurang cocok untuk diterapkan. Ketika saya menulis cerita ini, istri saya menemani saya sambil mesam- mesem, karena saya diperbolehkan menggunakan alamat e-mail dia, karena milik saya habis dipecundangi virus.

Nama saya Yos, 35 tahun asal Surabaya. Bekerja di kota tua Amsterdam (kota yang tidak pernah tidur). Tinggal bersama istri dan baby yang hampir berumur lima bulan di Almere, sebuah kota baru di propinsi Flevoland, yang dikatakan propinsi paling muda di negeri Belanda. Saya sudah menetap disini delapan tahun dan menetap di perumahan baru sekitar dua tahun lebih.

Istri saya bisa dibilang bule tulen. Karena sebelum menikah dengan saya, tahunya hanya budaya Belanda. Dia dilahirkan dikota Nijmegen, sebuah profinsi Gelderland yang sudah berbatasan dengan Jerman. Di keluarga besar familinya, vrienden club, tempat kerjanya hanya ditemukan orang asli kulit putih. Bisa dibanyangkan bagaimana minimnya pemahamannya tentang budaya timur, terutama dari Indonesia.

Menurut pengakuannya, juga pendapat orang tuanya, istri saya termasuk pemalu, bukan orang gaul terutama dengan orang yang masih belum dikenal. Bahwa akhirnya dia married dengan pemuda asal Indonesia bisa dikatakan surprise. Saya masih ingat saat saya diperkenalkan ke orang tuanya. Disaat musim zomer sudah tiba. Duduk santai di kursi, papa dan mamanya sudah menunggu kedatangan kami di halaman depan rumah yang nampak rapi, dihiasi tanaman bunga yang beraneka ragam. Papanya sedang asyik membaca surat khabar telegraaf, dan mamanya memegang majalah mingguan flair. Mentari bersinar ceria, bunga – bunga menebarkan bau harum khas eropa.

Dengan pernuh percaya diri, saya menghadiri undangan orang tuanya untuk acara kenis maken (kenalan). Walau saya mengenal istri saya waktu itu baru sekitar 6 minggu dan baru dua kali berkunjung ke rumah doi. Sang pacar waktu itu sudah memiliki rumah sendiri, yang jaraknya sekitar sepuluh menit jalan kaki dari rumah orang tuanya. Biasalah anak rumahan, dan putri satu – satunya. Nggak bisa tinggal berjauhan khawatir heimway (kangen).

“Hallo, goede middag ( selamat siang), “Saya menyapanya. Saya menjabat tangan papa dan mamanya. Mereka tergolong keluarga yang ramah. Menurut saya, keluarga yang open banget. Mereka juga mau bergaul ibarat teman, bukan bapak-anak. Dia lebih suka dipanggil first name-nya. Istri saya juga nggak jarang menyapa nama papa dan mamanya begitu saja. Saat acara kennis making , semua berjalan santai. Dan kebetulan nama depan papanya, sama dengan nama saya. Yang terasa unik ada tiga pertanyaan yang dilontarkan papanya, yang saat itu seperti beruntun. Saat itu saya seperti mengibaratkan wawancara melamar kerja.

1.Nama belakangmu siapa?
2.Kerjamu apa?
3.Hobby kamu apa?

Setelah menanyakan hobby, obrolan berkembang rileks dengan sendirinya. Ketika ngomongin hobby, ternyata beda banget dengan saya. Ternyata dia voetbal speler club NEC tahun tujuhpuluhan selama tujuh tahun, dan bernah bermain dengan nama nama bekend di dunia persepak bolaan . Hobby saya seni, jadi nggak ada ketemunya. Untungnya mamanya menambahkan,”Dia (suaminya) juga pernah ngikut kelompok band,lho? Dan dia sebagai penabuh drumnya.”

Akhirnya obrolan lebih menuju urusan seni, bukan bola. Karena saya nggak bisa ngikutin pembicaraannya. Akhirnya ketahuan, ternyata keluarga ini fanatik dengan sport channel. Bahkan istri saya, setiap malam nggak pernah ketinggalan ngikutin jurnaal perkembangan sepak bola kampionschap di dalam negeri maupun pertandingan Champion League eropa. Saya pun akhirnya ikut nonton sepak bola agar nggak ketinggalan jika diajak ngobrol. Acara kenalan dengan ortu sukses.

Suatu saat kami mengadakan kunjungan. Sang pacar dengan ceria dan gaya manjanya menuju arah mamanya. “Ada khabar baru,lho?” Suaranya terdengar agak kekanaan.
“Ada khabar apa?”Tanya mamanya.
“Ben je zwanger (kamu sedang hamil)?”Celetuk bapaknya ringan.
“Ah,nggak. Masih terlalu dini?”Sela saya cepat.
“Saya pingin samenwonen (kumpul kebo).”
“Oh…?”Reaksi mamanya, dengan santai.
“Weet je zeker (apakah kamu sudah yakin)?”Tanya papanya.
“ya.”

Dalam perkembangannya, samenwonen nggak bisa berjalan. Karena saya nggak bisa pindah kerja. Dan dia nggak dapat job yang cocok. Akhirnya rumah yang kita beli atas nama bersama, saya tempati, dan dia datang setiap weekend. Setelah surat – surat saya selesai, akhirnya kami menikah secara resmi. Berbusana adat Bali, saat sunzet mengukir warna merah tembaga dipinggiran pantai Kuta, kita mendapatkan pemberkatan secara kristiani dan dinikahkan secara sipil, yang diakui syah menurut agama, dan bagi pemerintahan Indonesia dan Belanda.

Ketika saya sudah memiliki momongan, perbincangan banyak mengenai bagaimana kita mendidik anak dalam dua kultur yang berbeda. Sejak awal saya sudah mengetahui kalau kultur barat lebih menitikberatkan pada sex education, dan pentingnya safe sex. Dibanding kultur Indonesia yang memegang teguh agama, serta norma untuk nggak ngelakuin seks sebelum menikah. Momongan saya kebetulan cewek. Otomatis, saya berpikir suatu saat akan besar, dan dihadapkan pada lingkungan pergaulan yang ada. Saya agak ngeri juga kalau mendengar beberapa cerita dari teman sejawat saya yang memiliki anak gadis.

Sejawat 1: “Saya sebentar lagi jadi oma,lho. Anak saya yang berumur 20 tahun sedang hamil. Rencananya sih dia nggak mau nikah, kok.”
Sejawat 2: “Saya tadi pagi agak kaget. Ternyata anak cewek saya (16 tahun) semalaman tidur dengan pacarnya di kamar, tanpa memberitahu sebelumnya.”
Sejawat 3: “Anak saya berumur 18 tahun, tapi masih perawan, dan nggak pernah ada cowok yang dikenalin ke rumah.”

Itu ada sekelumit yang saya cantumkan. Belum lagi ditempat kerja, ada mahasiswi praktek yang rela menjaga kehamilannya dengan boy friend-nya yang sudah broken. Mau menjadi single parent, tidak mau melakukan aborsi walaupun tidak melanggar hukum.

Walaupun seks seyogyanya dilakukan umur 18 menurut hukum, namun kenyataannya tidak demikian. Menurut jajak pendapat, remaja sudah melakukan acara coba- coba antara umur 14 dan 16 tahun. Jadi banyak juga yang sudah melakukan duluan. Walau untuk gadis baru usia 18 tahun untuk bisa mendapatkan pil kontrasepsi dari dokter.

Sayapun tercengang melihat sex education yang berbeda level-nya, serta cara pandang dan patokannya ini. Belum lama berselang acara penyuluhan seks untuk remaja – remaja bisa dinikmati dalam acara televisi yang bertitel neuken do je zo (bercinta itu lakukan seperti ini, lho). Diajarkan bagaimana melakukan oral sex dan beragam posisi dengan perinciannya yang detail. Nggak tanggung – tanggung, untuk memahami ini dibimbing oleh orang yang sudah berpengalaman dalam bidang ini.

Acara ini bisa menggaruk pemirsa sehingga muncul acara yang sedang heboh, sampe-sampe orang parlemen ikut memperbincangkannya. Judulnya “slikken (menelan) en spuiten (menyemprot).” Themanya nggak jauh- jauh. Tentang seks dan obat. Membaca judulnya saja, orang sudah bisa berpikir ngeres.

Seorang kelinci percobaan, secara berkala menggunakan beraneka ragam obat – obatan, dan menghadiri party -sejenis ini. Dipraktekkan penggunaan obat, mulai dari psikotropika hingga heroin. Dijelaskan efeknya, dan kemungkinan – kemungkinan yang muncul, serta pengaruhnya terhadap nafsu seks. Yang bikin saya mengelus dada, ketika presentator mengatakan, “Sekitar 7 prosen banyak pasangan yang making love didalam mobil. Dan tidak sedikit dilakukan ketika mobil sedang berjalan. Mari kita praktekkan bagaimana kemungkinan melakukannya, dan melihat keamananya”

Saya melihat cewek yang sedang melakukan oral seks terhadap pria yang sedang mengendarahi mobil. Dan juga dicobakan dalam berbagai posisi bercinta. Nafas saya belum putus, presentator berkata,”Bagaimana pengaruh rangsangan seksual bagi cewek yang sedang memarkir mobil.” Terlihat cewek yang sedang ngendarahin mobil, sedangkan tangan cowok sedang….Dan gambar ini nggak ada sensornya. Pelakunya dan alat genetalia-nya terlihat jelas. Nggak ada sensor. Nafas saya pun nggak jadi putus karena kesela tawa.

“Bagaimana hasil percobaannya?”Kata penyiar wanitanya.

Seorang pemuda berada dalam kamar yang ditemani cewek seksi. Yang satu gemuk, yang satu langsing. Dia disuruh mencobanya dan menjelaskan kenikmatannya dan perbedaannya. Ketawapun menjadi lebih keras ketika penyiar menuju kamar yang lain.

“Siapa yang pinter melakukan oral seks?” Katanya kepada pemuda yang ditutup matanya pakai kain. Yang diservise secara acak tanpa diketahui oleh cowok. Pelakunya adalah cewek, pria homo, dan transeksual.
“Nomor 3,”Jawabnya polos.
“Tau nggak siapa yang nomor tiga?”
“Nggak, tuh.”
“Transeksual.”
“Hah?!”Katanya terkejut, sambil diikutan suara ketawa yang ada di studio.

Dan nggak heran lagi acara ini ditandingi oleh seks ala Kim Holland. Bintang film porno asal Den Haag ini punya serial real life yang setelah beberapa seri mengundang geger. Acaranya berfokus tentang tiga hal, seks ,seks dan seks. Dan suatu hari mertua saya yang wanita baca potongan tentang artikel yang diteruskan kepada saya, sebelum kami liburan dan menikah di Indonesia. Saya sih sudah tahu tentang UU anti pornografi.

“Di Indonesia ciuman dijalan mau dilarang,lho?”Katanya polos.”Kalian harus hati – hati,” Tambahnya. “Di Indonesia nggak gampang nemuin orang ciuman disembarang tempat,” Sela saya.

Mertua saya juga paham, kalau saya orangnya tipe tradisional. Berciuman dengan istri yang berlebihan untuk show gratis yang bisa dilihat orang,juga risih. Ikut ke sauna bareng- bareng juga nggak nyaman. Ikutan berjemur juga bisa dihitung.

Sayapun masih ingat ada hal yang menurut saya mengundang kegelian, walaupun nggak saya tunjukkan. Sewaktu berada di Denpasar, saya dan istri saya menuju ke hotel tempat penginapan mertua. Hotel berbintang lima dikawasan pantai Kuta. Setelah bertanya kepada resepsi, dia segera menghubungi mertua.

Nggak lama kemudian mertua pria dan wanita muncul. Mereka rupanya sedang berenang. Dengan polosnya mertua saya menemui saya di resepsi yang saat itu ramai dikunjungi turis tersebut. Mertua pria bertelanjang dada dan menggundakan celana pendek, sedangkan ibu mertua menggunakan baju renang yang dibungkus kain yang tipis. Oh,cueknya.

Terima kasih banyak, Zev. Groetjes uit Almere – Holland

5 Comments

  1. Comment by alien on August 4, 2006 8:30 am

    ya ampon..ada yah plajaran ampe begetuw?! hoho gua saranin anak lo jgn bek..ud cukup dr gen haha *perhatian buat b**r jg haha*

  2. Comment by [mei] on June 11, 2007 5:59 pm

    ituu cara pengajaran ato bertujuan bikin pelm boqep? hahahahhaha

  3. Comment by ianto on October 14, 2007 1:43 am

    salam kenal…
    Sungguh pengalaman yang penuh inspiriasi
    Terus terang hasrat juga punya istri noni belanda, yang baik-baik dan sedikit lugu, serta berorientasi keluarga
    Barangkali mas masih punya kenalan, kolega,famili dsb..gadis belanda yang mau sama pria “inlander” utamanya yang bisa berbahasa Inggris karena saya nol bahasa Belanda

    regards,
    ————————————————————–

    Er… postingan ini bebek copy-paste (makanya nama kategorinya kopas 🙂 ) dari kolom kita kompas.com

    (bebek)

  4. Comment by yunita on April 18, 2009 8:57 pm

    wah! wah! ko’ bisa ampe sebegitunya ya……nanti anak mas, jangan ampe nonton yang kaya begtuan ya………he..he……

  5. Comment by oiblitar on December 17, 2009 8:17 am

    Berkunjung..
    tuk mencari artikel anti pornografi..

    mo di KOPAS di blog saya ini..

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a comment