5 Sen
Kling. kling.. Kling…
Bah, lagi-lagi aku terjatuh dari tempatku. Ditakdirkan menjadi sesuatu yang kecil memang tidak menyenangkan. Sebagai sebuah uang koin kecil yang hanya bernilai 5 sen, ibaratnya aku adalah seorang anak kecil yang tidak mempunyai bakat apapun. Kedengarannya tragis bukan? Tapi itulah kenyataannya.
Kadang, aku diperlakukan sebagai benda terkutuk yang harus cepat-cepat dibuang. Jikalau diharuskan membayar sejumlah 10 sen, pasti kebanyakan orang akan lebih memilih untuk “membuang†2 buah 5 sen yang ada di dompetnya daripada membayar dengan sekeping 10 sen.
Kadang, saat aku menjadi kembalian, orang bisa dengan entengnya berkata, “No needlahâ€. Ya ya ya, aku tau kok, 5 sen itu tidak berharga apa-apa, beda dengan 1 dollar yang seenggaknya bisa buat beli permen ataupun snack. Apa sih yang bisa dibeli dengan uang 5 sen?
Ukuranku yang kecil juga mendatangkan kisah sedih yang berkepanjangan. Sudah bukan cerita lama lagi kalau uang 5 sen sering terjatuh begitu saja saat seseorang membuka dompetnya. Dan yang lebih memilukan, setelah tergeletak di lantai, kadang aku ditinggalkan!! Contohnya ya seperti sekarang ini. Setelah terjatuh dari dompet seorang wanita tua, aku terbaring begitu saja di antara kaki-kaki orang yang berlalu lalang. Kadang tertendang, kadang terinjak, tadi malah ada orang menyebalkan yang Cuma memandang aku sekilas, lalu lewat begitu saja sambil berkata, “Bah Cuma 5 sen†dengan nada yang sangat amat menghina harga diriku. Yah, memang harga diriku Cuma sekedar 5 sen, tapi bisakah memberi aku sedikit penghargaan? Aku juga uang!
Ups..! Aku merasa ada tangan kecil yang menyentuhku. Tangan hangat itu mengambilku dari tanah dengan hati-hati dan menaruhnya di telapak tangan. Akhirnya… ada juga yang peduli dengan nasibku, walau ia hanya seorang anak lelaki, matanya yang berbinar gembira menghibur aku. Sudah lama aku tidak ditatap dengan pandangan seperti itu. Memang benar apa kata koin-koin yang lain, anak kecil lebih bijak daripada orang dewasa dalam menghargai sesuatu.
Ia mengambil sesuatu dari sakunya, bergantian menatap kedua tangannya, senyumnya semakin melebar, dipindahkannya aku ke tangan yang lain, lalu aku dimasukkan ke dalam saku celananya.
Kling kling!!
Duh, badanku terbentur keras dengan benda lain. Tunggu sebentar, bunyi itu adalah bunyi…. Koin!! Ternyata takdir sekali lagi mempertemukan aku dengan 5 sen yang lain.
“Ow hi, halo!â€, sapanya ramah, “Nama saya gor, nama kamu siapa?â€
“Er.. gor juga. Kamu lahir tahun berapa? Aku tahun 1995.â€
“Ha!! Aku tahun 1990â€, senyumnya semakin lebar, “Berarti kamu yang harus ganti nama.â€
“Ok-ok, sekarang namaku wuâ€, terpaksalah aku mengalah. Begitulah peraturan yang berlaku di dunia koin, kami biasanya menyandang sebuah nama yang berasal dari berbagai bahasa di dunia, tetapi nama itu harus merupakan kata lain dari nilai diri kami masing-masing. Aku sendiri entah sudah berapa kali mengganti nama. Lima, gor, five, cinq dan banyak lagi. Kalau menemukan 2 nama dalam suatu komunitas, maka yang harus mengganti namanya adalah yang lebih muda.
Kami terus terguncang dan berbenturan satu sama lain. Sepertinya anak lelaki ini berlari kencang dan berhenti di suatu tujuan. Tiba-tiba tangan kecil itu datang menculik kami dari kegelapan kantung dan membawa ke suasana terang bebas, ditunjukkan kepada seorang penjaga kasir 7-eleven. Rupanya anak kecil ini berniat membeli sebuah permen. Betapa sedihnya ia saat dikatakan bahwa nilaiku dan gor tidak bisa membeli apapun. Dikembalikannya kami ke dalam saku, lalu ia mulai berjalan pelan.
Gor menarik napas dalam-dalam, “Ternyata anak ini tidak mengerti nilai uangâ€, ia menengok ke arahku, tatapannya sedih, “Wu, menurut kamu, apakah dia akan tetap memungut kita jika dia mengerti kalau kita itu Cuma 5 sen?â€
Aku tidak menjawab, diam menjadi bahasa kami berdua. Hanya suara benturan kami saja yang sesekali terdengar.
1 Comment(s)
Comments RSS TrackBack Identifier URI
Leave a comment
Aku punya mata uang satu sen dari jepang… dikasi orang asik asik..