bebek rewel

Men are from Mars, Women are from Venus, Duck is from Earth

Ketika Ulama Menonton Film 2012 (yang “Salah”) (I)

Semua link yang tercantum sudah ditest tanggal 23 November 2009.

——————————————————————

Sudah beberapa hari ini kita dibuat terperangah dengan reaksi MUI atas film layar lebar yang berjudul “2012”. Walau menurut jejak rekam MUI sudah tidak asing dengan anjuran (“fatwa”) yang “ajaib” (diantara fatwa terhadap golput sewaktu pemilu tahun 2009 dan baru-baru ini, wakil ketua MUI Jatim mengemukakan bahwa jalan sehat berhadiah adalah haram hukumnya), reaksi beberapa pejabat MUI daerah terhadap “2012” tetaplah dirasa berlebihan.

Mengharamkan film berdasarkan argumen bahwa tidak ada yang tahu kapan itu kiamat maka film tentang “kiamat” (Sebenarnya, film “2012” sendiri bukanlah film tentang kiamat, tapi tentang bencana besar) adalah haram? Lah kenapa baru ribut sekarang? Ke mana orang-orang tersebut waktu ada film-film lainnya yang bertemakan serupa? (Sebutlah misalnya film “The Day After Tomorrow”)

Ada lagi yang menghimbau agar jangan percaya kalau kiamat akan datang tahun 2012. Tolonglah, ini fiksi gitu loh. Apa selama ini orang-orang yang mengharamkan film tersebut mengira kalau film-film yang diputar di bioskop itu semuanya film dokumenter? Kenapa pula film ini harus “dinilai” dengan kacamata agama (Dalam hal ini agama Islam) ketika film ini bukan mengangkat kisah kiamat versi agama? (Kalau dikatakan bahwa film tersebut diadopsi dari kitab suci ya tentu beda lagi ceritanya)

Kalaupun ada yang merasa “resah” karena jadi percaya akan “kiamat” datang tahun 2012, bukankah justru ini menjadi kesempatan emas untuk menjelaskan kiamat dari sudut pandang agama dan mengajak orang untuk berbuat baik? (Kalo nonton film yang fiksi aja udah jiper, ya berarti cepet-cepetlah tobat. Karena (katanya) kiamat menurut agama bisa jauh lebih ancur-ancuran sampai gak kebayang oleh manusia). Di sisi lain, reaksi berlebihan dengan alasan aneh (takut orang-orang jadi percaya dan resah) justru memberikan efek resah kepada masyarakat.

Melihat perkembangan masalah film “2012” ini, rasanya ada yang sedikit aneh. Mengapa hanya MUI yang terlihat terganggu dengan film ini? Padahal Kaabah sebagai simbol agama Islam tidak ditampilkan dalam adegan kehancuran di film tersebut (Catatan: Sutradara film “2012”, Roland Emmerich, mengatakan dalam interview seperti yang dilansir oleh “Yahoo! Movies” bahwa ia sempat berkeinginan menampilkan adegan hancurnya Kaabah. Namun ide tersebut diurungkan setelah mendapat masukan dari salah satu co-writernya tentang resiko fatwa mati kalau adegan tersebut dimasukkan ke dalam film), sementara beberapa bangunan lainnya yang identik dengan agama-agama tertentu tidak luput dari adegan kehancuran.

2012_Tibet 2012_Rio

Setelah berbingung-bingung ria beberapa saat, memantau komentar-komentar pembaca di beberapa situs berita (bebek memantau di kompas.com, detik.com dan okezone.com) dan mencari beberapa info di internet, bebek menyimpulkan dua hal:

1. Fenomena ribut-ribut film “2012” ini tidak lepas daripada kurang profesionalnya penyajian berita oleh media massa (khususnya media online) baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Media massa terkesan memanfaatkan isu yang dipandang sensitif (baca: isu agama) untuk menaikkan jumlah pembaca (Khusus bagi media online, jumlah “visit” dan “pageview” yang tinggi dapat memberikan posisi tawar lebih tinggi bagi media online untuk menjual slot iklan). Dalam hal ini, isu agama yang bersinggungan dengan agama Islam merupakan “sasaran yang paling empuk” untuk menarik perhatian pembaca dibandingkan dengan isu-isu yang menyinggung agama lainnya. Faktor lain yang membuat isu ini menjadi santer adalah kecenderungan media massa Indonesia untuk mengejar aspek sensasional dengan cara membentur-benturkan pendapat para figur publik. (Point ini dibahas di postingan ini “Asal Mula: Akibat Komporan Media Massa?“)

2. KESALAHPAHAMAN beberapa ulama terhadap film “2012” KARENA MENONTON FILM YANG “SALAH”. Bukannya menonton film “2012” yang dirilis tahun 2009 (Mengacu pada film yang diputar di bioskop bulan November 2009 ini), hampir bisa dipastikan beberapa ulama menonton film berjudul “2012: Doomsday” keluaran tahun 2008 yang sebenarnya adalah film berbudget rendah “kelas B” yang kualitasnya hancur-hancuran (dilihat dari rating dan komentar-komentar di IMDB). (Point ini dibahas di Salah Nonton?– Ketika Ulama Menonton Film 2012 (yang “Salah”) (II))

Asal Mula: Akibat Komporan Media Massa?

Berita paling awal yang bebek baca tentang komentar salah seorang pejabat MUI terhadap film ini adalah di detik.com. Artikel yang muncul dalam bagian “DetikSurabaya” itu berjudul “MUI Larang Masyarakat Nonton 2012“.  Berikut ini adalah sedikit kutipan dari artikel yang dimaksud:

Namun bagi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang film yang dibintangi John Cusack adalah tontonan yang menyesatkan. Film itu tak pantas ditayangkan.

“Film itu tidak pantas untuk ditayangkan, karena dapat mempengaruhi pemikiran orang,” kata Ketua MUI Kabupaten Malang KH Mahmud Zubaidi kepada wartawan saat ditemui di rumahnya Jalan Raya Pakisaji, Senin (16/11/2009).

Zubaidi mengaku, dia hingga saat ini masih belum menonton film tersebut. Dirinya baru mendengar kisah film itu dari orang lain. Namun, sebagai orang Islam memang seharusnya mempercayai adanya hari kiamat. Namun, untuk kepastian terjadinya merupakan kuasa dari yang maha kuasa.

Dilihat dari tempat wawancaranya (di rumah Ketua MUI Kabupaten Malang), sepertinya wawancara tersebut bersifat informal (dalam arti bukan merupakan acara resmi MUI). Apakah pendapat yang dikeluarkan oleh seorang tokoh MUI secara spontan bisa dianggap mewakili MUI sebagai lembaga? Seharusnya tidak. Namun judul berita “MUI Larang Masyarakat Nonton 2012” memberikan kesan bahwa MUI sebagai lembaga sudah mengeluarkan fatwa resmi tentang film “2012”.

Isi berita yang diturunkan bahkan sama sekali tidak memberitakan bahwa Mahmud Zubaidi melarang masyarakat menonton “2012”. Di sana hanya ditulis, “Mahmud mengimbau kepada kaum muslim untuk tidak mempercayai gambaran hari kiamat…”. Mengimbau dan melarang adalah dua hal yang berbeda. Kealpaan untuk mencantumkan nama daerah juga memberikan kesan tersirat seakan yang mengeluarkan “larangan” tersebut adalah MUI pusat.

Okezone.com juga menggunakan pola yang serupa (mengangkat pendapat lisan seorang pejabat MUI dan menganggap pendapat tersebut mewakili suara MUI) di artikel “MUI Desak LSF Tarik 2012 dari Peredaran” (Huruf tebal pada artikel dibuat oleh bebek)

=================================

MUI Desak LSF Tarik 2012 dari Peredaran

Rabu, 18 November 2009 – 14:17 wib
Elang Riki Yanuar – Okezone

JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak Lembaga Sensor Film (LSF) untuk menarik film 2012 dari peredaran. Hal itu dilakukan karena adanya kontroversi.

Hal tersebut diungkapkan salah satu Ketua MUI KH Amidan saat ditemui wartawan di sela premiere film Emak Ingin Naik Haji di Plaza Senayan, Jakarta, Selasa (17/11/2009).

Menurut Amidan, hal itu perlu dilakukan karena LSF tidak jeli dalam mengedit film tersebut, sehingga bisa menimbulkan persoalan SARA di masyarakat.

“Kontroversi ini menimbulkan keresahan terhadap masyarakat karena LSF tidak jeli mengenai masalah itu,” katanya.

Amidan yang sudah menonton film 2012 menyebutkan di dalam salah satu bagian film ada gambar masjid roboh, sedangkan gereja tidak.

“Mestinya ini dipotong LSF. Kalau ada gereja saja tidak masalah. Ini kan ada masjid. Padahal ada perbedaaan budaya kita,” paparnya.(uky) (ang)

========================================

Apakah pendapat salah satu ketua MUI yang ditemui wartawan di sela premiere film lain dapat menjadi pendapat MUI sebagai lembaga? Atau lagi-lagi ini hanya kerancuan pemberitaan wartawan yang tidak profesional? (Tentang “gambar masjid roboh, sedangkan gereja tidak” bebek bahas lebih lanjut di bagian kedua)

Pemberitaan yang menggambarkan opini pribadi sebagai keputusan lembaga dapat mengecoh orang. Ketua MUI Provinsi Kalimantan Selatan Prof H Asywadie Syukur misalnya, dalam pernyataannya seperti yang diberitakan di kompas.com (“Izin Edar Film “2012” Perlu Ditinjau Ulang“) menyatakan persetujuannya dengan “pendapat MUI Malang”:

“Saya sependapat dengan MUI Malang, Jawa Timur, yang menyatakan film 2012 bisa menyesatkan umat atau kaum Muslim khususnya sehingga pemerintah perlu meninjau ulang izin edar film tersebut,” katanya di Banjarmasin, Selasa (17/11).

Mantan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin itu berharap, pemerintah menaruh perhatian lebih serius pada segala persoalan yang bisa menyesatkan atau menimbulkan kerisauan umat.

“Begitu pula kaum Muslim, hendaknya tidak mudah terbawa arus yang bisa berdampak negatif terhadap akidah atau nilai keimanan karena berbahaya bagi kehidupan, baik di dunia, maupun akhirat kelak,” katanya.

“Memang belakangan muncul film yang aneh-aneh, yang bisa menyesatkan umat serta mencederai Islam,” katanya.

Kompas.com menurunkan berita bahwa “MUI Pusat Tidak Keluarkan Fatwa Haram bagi “2012”

=====================================

Rabu, 18 November 2009 | 11:00 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Rosdianah Dewi

JAKARTA, KOMPAS.com — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat belum berencana mengeluarkan fatwa haram bagi film 2012. MUI menilai, film karya sutradara Ronald Emmerich itu hanya sebagai tontonan bagi masyarakat.

“Belum ada rencana untuk mengeluarkan fatwa haram. Film itu hanya tontonan, bukan tuntunan,” ujar Ma’ruf Amin, Ketua Koordinasi Fatwa MUI, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/11).

Dia mengatakan, film 2012 berbeda dengan film-film porno sehingga MUI tidak merasa perlu untuk mengeluarkan fatwa haram. Film 2012 adalah karya dan imajinasi sang sutradara. “Kalau film porno, pasti kami segera bertindak dan mengeluarkan fatwa haram,” kata Ma’ruf Amin.

Dia mengatakan, film tersebut akan menggiring opini masyarakat bahwa kiamat akan terjadi pada 2012. Menurutnya, umat Islam tidak akan tersesat jika memahami ajaran Islam mengenai hari kiamat.

Selain itu, kata Ma’ruf, masyarakat telah semakin pandai dan tidak mudah terpengaruh dengan film semata. Masyarakat telah dapat membedakan mana yang benar dan mana yang sekadar imajinasi. Ma’ruf mengatakan, hingga saat ini MUI belum berencana untuk menonton 2012. MUI masih menimbang perlu tidaknya menonton film keluaran Hollywood tersebut.

“Nanti kalau kami nonton, ada yang bilang MUI kerjanya nonton saja,” ucapnya.

======================================================

MUI Pusat terlihat lebih berhati-hati dalam menyikapi isu film “2012” seperti yang diberitakan dalam artikel “Haramkan Film 2012, MUI Malang dan Banjarmasin Akan Dimintai Keterangan

===================================================

Rabu, 18 November 2009 | 11:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat akan meminta keterangan kepada MUI Malang dan Banjarmasin, terkait pengeluaran fatwa haram film 2012. “Dalam waktu dekat akan dimintai keterangan, kenapa mengeluarkan fatwa haram,” ujar Ma’ruf Amin, Ketua Koordinasi Fatwa MUI, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/11).

Ia mengatakan, pada saat mengeluarkan fatwa haram MUI Malang dan Banjarmasin belum melakukan koordinasi dengan MUI Pusat. Oleh karena itu, pihaknya hingga saat ini belum mengetahui secara pasti alasan MUI Malang dan Banjarmasin mengeluarkan fatwa haram tersebut.

“Tiap-tiap MUI di kabupaten memang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan fatwa haram. Tapi sebaiknya dilakukan koordinasi,” kata dia.

Seperti diketahui, MUI Malang dan MUI Banjarmasin mengharamkan film 2012. Alasannya,  isi cerita dikhawatirkan akan meresahkan masyarakat karena percaya kiamat akan datang pada 2012.

MUI Kabupaten Malang juga mengimbau umat Islam untuk tidak menonton apalagi mempercayai isinya. Hal tersebut berbeda dengan MUI Pusat yang tidak ada rencana mengeluarkan fatwa haram bagi film 2012. MUI Pusat menilai isi film tersebut tidak menyesatkan dan hanya imajinasi sang sutradara.

===================================================

Wajar Ma’ruf Amin sebagai Ketua Koordinasi Fatwa MUI bingung kenapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya dari pihak MUI daerah. Padahal sudah ada aturan baku untuk mengeluarkan sebuah fatwa resmi. Di antaranya, perlunya pembahasan masalah oleh sidang komisi (baca: bukan keputusan perseorangan) dan juga adanya ketentuan bahwa MUI daerah berwenang mengeluarkan fatwa mengenai masalah-masalah keagamaan dalam lingkup lokal dengan terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan MUI/komisi fatwa MUI. (Sila baca informasi yang lebih detail di Pedoman Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia)

Kalimat pertama dalam artikel kedua lagi-lagi menyiratkan seakan memang ada fatwa haram yang dikeluarkan oleh MUI Malang dan Banjarmasin. Kembali bebek tekankan bahwa pada kenyataannya, sampai sekarang bebek tidak menemukan satupun artikel berita yang menyatakan bahwa MUI Malang dan Banjarmasin telah mengeluarkan fatwa haram secara resmi (Kalau memang ada pembaca yang menemukan artikel berita tersebut, tolong beri info ke bebek), yang ada hanyalah hasil blow up masalah akibat pemberitaan media yang kurang akurat.

Tidak hanya pihak MUI saja yang berkomentar. Para selebriti seperti Luna Maya, Rini “Idol” dan Andi Soraya juga tidak ketinggalan untuk berkomentar.

Rada ngebingungin juga, sebenarnya apa nilai berita dari komentar-komentar selebriti  tersebut tentang film “2012”? Padahal kapasitas selebriti di atas terhadap film “2012” hanyalah sebagai penonton biasa. Apakah selebriti ini berkomentar secara spontan terhadap wartawan? Atau jangan-jangan wartawan media massa sendiri yang menanyai selebriti tersebut satu persatu untuk kemudian ditampilkan di situs berita dan diadu-adu pendapatnya? (Artis A mendukung fatwa “MUI” daerah sementara artis B menentang. Artis C tidak peduli sementara Artis D menyerukan agar MUI jangan gegabah)

Di sela-sela kesimpangsiuran kabar, Menkominfo Tifatul Sembiring sempat mengeluarkan pernyataan yang membuat bebek garuk-garuk kepala. Berikut ini adalah sedikit kutipan dari artikel yang dimaksud:

========================================

JAKARTA – Kontroversi film 2012 terus bergulir. Kali ini Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Tifatul Sembiring menunggu keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) perihal film tersebut.

“Kami masih menunggu keputusan MUI Pusat. Kalau MUI melarangnya ya kami akan ikut untuk melarang film 2012,” aku Tifatul di Gedung Telkom, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, Selasa (17/11/2009).

Saat diminta penilaian perihal film tersebut, Menkominfo mengaku belum bisa memberikan penilaian. Karena, dia jujur sampai saat ini belum menonton film tersebut.

===================================

Bukannya dibahas secara objektif sesuai dengan aturan yang berlaku, kok seorang menkominfo bisa-bisanya “menunggu petunjuk” MUI? Apa Departemen Komunikasi dan Informatika sudah pindah dibawah naungan MUI?

Sementara itu, ratusan murid SD di Bogor diberitakan turut serta menyatakan sikap dengan membakar DVD film “2012”. Masih SD udah ikut acara bakar-bakaran DVD? =___=””” Bebek sangsi kalau aksi bakar-bakar ini dilakukan spontan oleh murid-murid SD tersebut. Rasanya jauh lebih mungkin kalau murid-murid tersebut digerakkan oleh orang dewasa yang termakan oleh kontroversi yang disajikan oleh media massa.

——————————————–

Berlanjut ke bagian II.

Untuk membaca tentang pertimbangan bebek dalam mempercayai suatu (“)fakta(“) sila klik di sini.

9 Comments

  1. Comment by Cicak on November 24, 2009 1:57 am

    Ya ampuuunn.. MUI kok bisa salah sampai segitu parahnya =.=” benar2 deh… informasi yg berguna banget… thanks… hahaha…

  2. Comment by anggro on December 1, 2009 3:36 pm

    saya pikir justru orang yang memberi fatwa melarang nonton film 2012 itu yang mempercayai bahwa kiamat akan datang tahun 2012 buktinya kok ketakutan. sebagai orang islam sudah dikenalkan tentang rukun iman yang harus mempercayai hari kiamat, kenapa mesti takut kiamat. ini MUI malah takut menonton filmnya, kasian yaaa…

  3. Comment by Antiribut on December 4, 2009 9:21 pm

    Geger tentang “Film 2012”, itu boleh-boleh saja.

    Semua orang punya mulut, dan memang diberi hak untuk setuju atau tidak dan untuk menyangkal dan menerima.

    http://misteritahun2012.blogspot.com

  4. Comment by yuku on December 7, 2009 4:56 pm

    Bagus artikelnya, jadi tau jalan ceritanya gimana tentang keramaian di indo.

    Setelah nonton filmnya, ku malah merasa aneh, di film yang katanya ceritain “kiamat”, justru film itu ga menceritakan “kiamat”, karena masih banyak orang yang tetap hidup. Kalau “kiamat” kan harusnya semua orang akan musnah dari bumi.

  5. Comment by keboo on January 15, 2010 12:27 pm

    wah… baru baca nih…
    kereeeenn ulasannya bikin ktawa ndiri…
    kalo bener salah tonton kan malu bgt…
    mbak bebek detektif y??? hehe

  6. Comment by islam on March 10, 2010 10:50 pm

    Hmmm…..
    memang orang kalau dinasehati masalah agama sering merasa lebih pintar. Coba kalau dokter yang kasih resep, turut aja tanpa bantah.
    Ulama itu dah ada ilmunya bung,..
    Cepat-cepat aja tobat, menghinakan ulama tu besar dosanya

  7. Comment by adysaurus on May 20, 2010 9:14 am

    @islam:
    ulama juga manusia bung,
    kalau bikin salah ya wajib diingatkan lah.
    beda kalau kanjeng nabi yang ga mungkin bikin dosa.

    @bebek:
    keren-keren.
    baru baca sekarang dan jadi lebih paham lagi soal ini.

  8. Comment by umaha on February 27, 2011 12:20 pm

    HANYA ALLAH yg tahu kapan terjadinya hari kiamat
    nabi muhammad aj gk di ksi thu
    ntu orang byasa sok twww

  9. Comment by Doraemon on November 12, 2011 11:26 pm

    Jalan Cerita Filmnya gak bagus2 amat. cuma pamer efek doang. kayaknya murni salah paham dari semua pihak. tapi kalo bisa nih.. kalo bisa… bebek jangan ikut2 beropini berlebihan. tetap objektif aja bro sebagai media. soalnya dibaca banyak pihak. Trus jangan kaget kalo ISLAM dan Umat ISLAM berkomentar, soalnya ISLAM mengurusi banyak hal dari yang besar sampai yang terkecil, semua demi keselarasan seluruh umat manusia.

Comments RSS

Leave a comment